Jumat, 13 Januari 2012

KISAH POHON APEL

Kisah Pohon Apel
Sebagian dari kita mungkin sudah pernah membaca cerita ini tapi apa salahnya saya
muat kembali di pages ini buat saudara-saudara kita yang belum pernah membaca cerita ini
dan sebagai bahan review buat yang sudah pernah membaca. Semoga bermanfaat………
Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yang amat besar.Seorang kanakkanak
lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari. Dia memanjat
pohon tersebut, memetik serta memakan apel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia
beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel tersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi
tempat permainannya.
Pohon apel itu juga menyukai anak tersebut. Masa berlalu… anak lelaki itu sudah
besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain
di sekitar pohon apel tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pohon apel
tersebut dengan wajah yang sedih.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau,” jawab remaja
itu.
“Aku mau permainan. Aku perlu uang untuk membelinya,” tambah remaja itu dengan nada
yang sedih.
Lalu pohon apel itu berkata, “Kalau begitu, petiklah apel-apel yang ada padaku.
Juallah untuk mendapatkan uang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang
kauinginkan.”
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel di pohon itu dan pergi dari situ.
Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pohon apel itu merasa sedih.
Masa berlalu…
Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pohon apel itu merasa gembira.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. Aku ingin
membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bisakah kau menolongku?”
Tanya anak itu.
“Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku
yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu memberikan cadangan.
Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong ke semua dahan pohon apel itu dan pergi
dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannya merasa sedih
karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu.
33
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel itu. Dia sebenarnya
adalah anak lelaki yang pernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telah matang dan
dewasa.
“Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohon apel itu.
“Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku
sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai
perahu. Bolehkah kau menolongku?” Tanya lelaki itu.
“Aku tidak mempunyai perahu untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong
batang pohon ini untuk dijadikan perahu. Kau akan dapat belayar dengan gembira,” kata
pohon apel itu.
Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pohon apel itu. Dia kemudian
pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.
Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin di mamah usia, datang
menuju pohon apel itu. Dia adalah anak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apel itu.
“Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untuk diberikan kepada kau. Aku sudah
memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat
perahu. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan
nada pilu.
“Aku tidak mahu apelmu karena aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu
dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pohonmu kerana
aku tidak berupaya untuk belayar lagi, aku merasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua
itu.
“Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohon apel itu. Lalu lelaki tua itu duduk
beristirahat di perdu pohon apel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangis kegembiraan.
Tahukah kamu. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan di dalam cerita itu adalah
kedua-dua ibu bapak kita. Saat kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika
kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita
tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan.
Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dan
gembira dalam hidup. Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikap kejam terhadap
pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kini
melayani ibu bapak mereka.
Hargailah jasa ibu bapak kepada kita. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa
menyambut hari ibu dan hari bapak setiap tahun.
***
34
Allah SWT berfirman :
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan
susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a:
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri” [Q.S 46:15]
Belum ada kata terlambat untuk kembali berbakti kepada kedua orang tua kita biarpun
mereka sudah tidak ada di dunia fana ini….MARI

HIKMAH DI BALIK WUDHU

Hikmah dan Keajaiban Wudhu . Di dalam ajaran Islam banyak hal-hal yang berkaitan dengan suatu ibadah yang terlihat sederhana dan mudah dilakukan namun memiliki manfaat dan hasiat yang luar biasa bagi kesehatan, baik kesehatan jasmanai maupun rohani, contohnya adalah wudhu. Wudhu adalah salah satu syariat Islam. Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk membersihkan diri atau berwudhu sebelum mendirikan shalat lima waktu. (QS Al-Maidah ayat 6). Wudhu juga merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah shalat oleh Allah SWT, namun terkadang ada sebagian umat Islam yang memandangnya biasa-biasa saja. “Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara kamu, hingga dia berwudhu .” (HR. Bukhari Muslim). *Wudhu dan Kesehatan Jasmani* Wudhu ternyata mempunyai manfaatnya sangat besar. Itulah yang dibuktikan oleh para ahli kesehatan dunia. Salah satunya adalah Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater sekaligus neurolog berkebangsaan Austria. Ia menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air dengan wudhu dan titik-titik syaraf, kondisi tubuh senantiasa akan sehat. Dari sinilah ia akhirnya memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels. (www.republika.co.id) Ulama fikih juga menjelaskan hikmah wudhu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dalam air wudhu-seperti tangan, daerah muka termasuk mulut, dan kaki –memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing, termasuk kotoran. Karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh, sebab penyakit kulit umumnya sering menyerang permukaan kulit yang terbuka dan jarang dibersihkan, seperti di sela-sela jari tangan, kaki, leher, belakang telinga, dan lainnya. Karena itu, Mochtar Salem memberi saran agar anggota tubuh yang terbuka senantiasa dibasuh atau dibersihkan dengan menggunakan air. Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa munculnya penyakit kulit disebabkan oleh rendahnya kebersihan kulit. Karena itu, orang yang memiliki aktivitas padat (terutama di luar ruangan) disarankan untuk sesering mungkin membasuh atau mencuci anggota badannya yang terbuka, seperti kepala, muka, telinga, hidung, tangan, dan kaki. Mencegah penyakit dengan wudhu bisa kita cermati dan pelajari sejarah hidup Rasulullah SAW, seperti yang diungkapkan Muhammad Husein Haykal dalam bukunya Hayatu Muhammad, sepanjang hidupnya Rasulullah SAW tak pernah menderita penyakit, kecuali saat sakaratul maut hingga wafatnya. Hal ini menunjukkan bahwa wudhu dengan cara yang benar niscaya dapat mencegah berbagai macam penyakit. Menurut sejumlah penelitian, berwudhu itu dapat menghilangkan berbagai macam penyakit. Misalnya, penyakit kanker, flu, pilek, asam urat, rematik, sakit kepala, telinga, pegal, linu, mata, sakit gigi, dan sebagainya. Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers a Sport for the Body and Soul menjelaskan, wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit. Kemudian, apabila dibersihkan dengan air (terutama saat wudhu), bahan kimia itu akan larut. Selain itu, jelasnya, wudhu juga menyebabkan seseorang menjadi tampak lebih muda. Dalam penelitian yang dilakukan Muhammad Salim tentang manfaat wudhu untuk kesehatan, terungkap bahwa berwudhu dengan cara yang baik dan benar akan mencegah seseorang dari segala penyakit. Dalam penelitiannya itu, Muhammad Salim juga menganalisis masalah kesehatan hidung dari orang-orang yang tidak berwudhu dan yang berwudhu secara teratur selama lima kali dalam sehari untuk mendirikan shalat. Salim mengambil zat dalam hidung pada selaput lendir dan mengamati beberapa jenis kumannya. Pekerjaan ini ia lakukan selama berbulan-bulan. Berdasarkan analisisnya, lubang hidung orang-orang yang tidak berwudhu memudar dan berminyak, terdapat kotoran dan debu pada bagian dalam hidung, serta permukaannya tampak lengket dan berwarna gelap. Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu, ungkap Salim, 

POLIEMBRIONI




A.    Pengertian Poliembrioni
Poliembrioni yaitu terbentuknya lebih dari satu embrio dalam satu biji.Poliembrioni dapat terjadi apabila Apomiksis dan amfimiksis dapat terjadi bersamaan.
Apomiksis yaitu proses terbentuknya biji/ benih tidak melalui peleburan sperma-ovum Apomiksis merupakan suatu bentuk reproduksi non-seksual pada tumbuahn melalui biji.
Apomiksis dapat dibedakan menjadi:
1.      Apogami : embrio yang terbrntuk berasal darikandung lembaga. Mis: dari sel sinergid dan antipoda
2.      Partenogenesis: embrio terbentuk dari sel telur yang tidak dibuahi.
3.      Embrio adventif : merupakan embrio yang terbentuk dari nusellus, yaitu bagian selain kandung lembaga.
Amfimiksis adalah proses terbentuknya biji/ benih melalui peleburan sperma-ovum, amfimiksis merupakan reproduksi secara seksual atau generatif.
Apomiksis dan amfimiksis terjadi bersamaan , maka akan terbentuk lebih dari satu embrio dalam satu biji yang di sebut poliembrioni. Peristiwa ini sering terjadi pada nangka, jeruk dan mangga.
 Proses Penyerbukan dan Pembuahan
Butir serbuk/serbuk sari  menempel pada kepala putik  membentuk buluh serbuk (2 inti, inti vegetatif dan inti generatif) berjalan ke arah mikropil (pintu kandung lembaga) inti generatif membelah  2 inti sperma sampai di mikropil, inti vegetatif mati satu inti sperma membuahi sel telur embrio. Satu inti sperma lain membuahi inti kandung lembaga endosperma (makanan cadangan bagi embrio).?
Karena pembuahannya berlangsung dua kali maka pembuahan pada Angiospermae disebut pembuahan ganda.
Embrio pada tumbuhan berbiji tertentu dapat terbentuk karena beberapa sebab. yaitu :
1.
Melalui peleburan sperma dan ovum (amfimiksis)
2.
Tidak melalui peleburan sperma dan ovum (apomiksis), yang dapat dibedakan atas:
a. Apogami
:
embrio yang terbentuk berasal dari kandung lembaga. Misalnya : dari sinergid dan antipoda.
b.Partenogenesis
:
embrio terbentuk dari sel telur yang tidak dibuahi.
c. Embrio adventif
:
merupakan embrio yang terbentuk dari sel nuselus, yaitu bagian selain kandung lembaga.



B.     Klasifikasi Poliembrioni
Klaisfikasi poliembrioni
Braun (1859) mengelompokkan dalam empat kategori kasus poliembrioni:
- Peleburan dua atau lebih bakal biji
- Beberapa kantung embrio di nucellus dari bakal biji yang sama
- Bebrapa sel kantung embrio yang sama berkembang menjadi embrio dan,
- Pembelahan dari proembrio tersebut.

Peleburan dua atau lebih bakal biji
Umum pada Gimnosperm (Pada Angiosperm, umunya pada anggrek)
Pada Eulophia epidraea, ada 3 pemicu poliembrio:
- Zigot secara acak membelah, membentuk massa sel di daerah kalasa dan tumbuh bersama membentuk embrio.
- Proembrio bertunas
- Embrio filamentous bercabang membentuk poliembrio


Terbentuknya dari
sel-sel dalam kantong embrio, selain sel telur
·         Umumnya berasal dari sinergid (Embrio bisa haploid/ diploid)
·         Pada Aristolochia bracteata, Poa alpina & Sagittaria graminea, poliembrioni dari 1 atau ke 2 sinergid yang telah dibuahi > 1 tabung polen yang masuk.
·         Pembentukan embrio dari sel antipodal (sangat jarang).Misalnya padapaspalumdll (Biasanya embrio gagal dewasa).
Yang ada tulisan merah berarti dipertanyakan

ASMA NADIA

Menginspirasi Penulis Perempuan

Asma Nadia

Penegak Hukum tak Boleh Tersandera

Setiap cobaan yang ditimpakan pada manusia, pasti ada hikmahnya. Kalimat itu kelihatannya memang klise. Tapi selalu saja terbukti kebenarannya. Dan itu pula yang dirasakan oleh Asma Nadia. Sakit yang dideritanya telah menjadikan dia salah satu penulis novel dan buku yang produktif dan inspiratif.
Sewaktu kecil, Asma adalah Asma kecil yang sakit-sakitan. Pernah katanya dia menderita sakit jantung, kemudian sakit paru-paru, bahkan juga pernah gegar otak. Jadi kehidupan Asma kecil adalah kehidupan yang akrab dengan rumah sakit. Karena sakit-sakitan itu pula yang membuat dia tidak bisa menyelesaikan kuliahnya di IPB.
Lantas apa yang dilakukan saat berada di rumah sakit di RSCM? Membaca buku. Ibunya, yang biasa dia panggil mami, selalu membelikan buku ketika dia harus menunggu antrean di rumah sakit. Asma kadang bertanya dalam hati, dari mana uang untuk membeli buku itu, karena keluarga mereka boleh dibilang keluarga sangat sederhana. Belakangan Asma tahu bahwa ternyata dengan membeli buku itu, maminya mengorbankan makan siang.
Ketelatenan membeli buku itu tak terasa membuat koleksi buku mereka semakin banyak. Agar lebih bermanfaat, keluarga yang tinggal di pinggir rel kereta itu membuat tempat penyewaan buku yang sederhana. Uang sewa dari buku itu dibelikan lagi buku untuk menambah jumlah buku persewaan.
Asma Nadia yang bernama asli Asmarani Rosalba itu meyakini bahwa kebiasaan membaca buku sejak kecil itu secara tak langsung telah menginspirasinya menjadi penulis. Meskipun pada awalnya dia sendiri minder untuk menulis. ‘’Cerpen saya selalu mendapat kritik dari saudara saya,’’ kata Asma yang mempunyai dua saudara, salah satunya adalah penulis kawakan Helvy Tiana Rosa.
Tapi, selain memberi kritikan, Helvy tak henti-hentinya memompa motivasi agar Asma terus menulis. Helvy pula yang memberi nama ‘komersial’ sekarang ini. Nama tersebut berari nama yang menyeru. Menurut Helvy, nama Asmarani Rosalba itu sulit diingat. Karena itulah ia menciptakan nama pena untuk adiknya yang gampang diingat dan gampang diucapkan, Asma Nadia.
Asma mulai menulis serius sejak duduk di bangku SMP. Suatu ketika dia menulis sebuah cerpen yang panjang. Langsung saja cerpen itu dikritik habis saudaranya. Kritik itu dia perlakukan sebagai cambuk, sampai akhirnya cerpen pertamanya berjudul “Surat Buat Assadullah di Surga” dimuat di Majalah Annida pada 1990. Lima tahun kemudian ia mendapatkan penghargaan dari majalah tersebut sebagai juara pertama lomba menulis cerpen islami di tingkat nasional. Juara tersebut diraihnya dua tahun berturut-turut.
Hal tersebut masih belum membuatnya percaya diri dalam menulis. Ia masih merasa bahwa profesi menulis bukanlah profesi yang menjanjikan. Sampai kakaknya, Helvy Tiana Rosa, mengatakan bahwa menulis itu tidak hanya bisa dilakukan sebagai hobi, tetapi juga bisa menjadi media dakwah.
Dari sana Asma memutuskan untuk memberi misi dalam setiap tulisannya. Tulisan-tulisan di awal karier menulisnya memfokuskan diri pada tulisan remaja. Tulisan-tulisan ini mendapatkan berbagai penghargaan, salah satunya adalah dari Mizan Award sebagai pengarang fiksi remaja terbaik pada tahun 2003. Ia juga memperoleh penghargaan dari IKAPI dua tahun berturut-turut, yaitu 2001 dan 2002.
Sampai saat ini sudah 43 buku yang ia terbitkan. Novel terakhir berjudul ‘Rumah Tanpa Jendela’ yang merupakan pengembangan dari cerpennya ‘Rumah Rara’ diangkat menjadi film pada 2011. Sebelumnya, satu novel Asma juga pernah difilmkan, yaitu ‘Emak Ingin Naik Haji’. Buku-buku Asma juga sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Salah satunya adalah buku ‘Emak Ingin Naik Haji’ yang diterjemahkan ke dalam bahasa India.
Buku, bagi Asma bisa menjadi media untuk melakukan perubahan. Karena itu sampai kapan pun dia tidak akan meninggalkan profesi sebagai penulis. Apalagi dari berbagai pengalaman menunjukkan bahwa buku yang dia tulis, entah itu novel, cerpen atau motivasi, mampu memberikan manfaat bagi orang lain.

TOKOH VISIONER JUSUF KALLA

Jusuf Kalla

Juru Damai Menggebrak PMI

Posisi wakil presiden sudah lebih dari setahun ditinggalkan, tapi bukan berarti kesibukannya berkurang. Bahkan belakangan ini, Jusuf Kalla, sering melakukan lawatan ke luar negeri. Bukan untuk studi banding tentu saja, melainkan untuk memberi ceramah tentang perdamaian.
Pekan kedua Maret silam, Jusuf Kalla yang akrab dipanggil JK memberikan ceramah tentang penyelesaian konflik di hadapan para negosiator perdamaian dunia. Pekan terakhir Maret ini, JK, yang menerima Doktor (honoris causa) dari UPI Bandung, akan berbicara di Dubai untuk dalam acara hampir sama, ceramah dan berbagi pengalaman tentang perdamaian di depan para mantan pemimpin dunia. JK memang pantas untuk dijadikan narasumber, karena dialah yang menjadi juru damai di konflik Maluku dan Poso, serta yang paling fenomenal, Aceh.
Dalam sebuah wawancara dengan VAO, JK ditanya soal kesediaan menjadi mediator konflik Palestina-Israel sebagaimana diminta oleh Ketua Bulan Sabit Merah Palestina, Yousin Al Khatib dan Presiden Palang Merah Israel, Noam Yefyah. Tapi JK tidak mengiyakan permintaan itu karena bagi dia tidak gampang memediatori konflik yang sudah karatan tersebut.
Apa yang dilakukan JK dalam berbagi pengalaman masalah penyelesaian perdamaian ini merupakan salah satu kegiatan sosial yang dilakukan setelah pensiun dari wakil presiden. Kegiatan tersebut juga melengkapi kegiatan sosialnya sebagai ketua umum Palang Merah Indonesia (PMI). Tidak salah memang saat itu sekitar 20 ketua PMI daerah bertemu JK di rumahnya. Mereka minta agar JK bersedia mengemudikan PMI.
Ketika menjadi wakil presiden, JK selalu memiliki ide terobosan yang cemerlang. Bukan itu saja, dia juga berani merealisasikan idenya itu meskipun mendapat kritikan dari berbagai kalangan. Ide mengganti minyak tanah dengan gas ukuran 3 kg buat masyarakat merupakan terobosan yang berani. JK tipikal orang yang penuh ide dan berani ambil risiko untuk perubahan.
Ide-ide dan terobosan JK juga tampak dalam mengemudikan PMI. Untuk menambah stok darah yang hampir selalu kekurangan misalnya, JK menggelar donor darah di mal-mal. JK juga aktif menyambangi perusahaan-perusahaan yang menggelar acara donor darah. Dia juga mengajak selebritis yang menjadi publik figur untuk memberikan contoh baik dengan mendonorkan darahnya. ‘’Kita juga akan bangun pabrik kantong darah,’’ kata JK.
Sejauh ini PMI hanya dikenal melalui donor darah. Persepsi itu coba didobrak JK, bagi dia PMI bukan sekadar mengurus donor darah, melainkan juga kegiatan kemanusiaan lain, termasuk penyelamatan manusia saat terjadi bencana. JK menginginkan PMI menjadi lembaga yang tercepat.
Setiap ada bencana, dalam hitungan enam jam, PMI harus sudah berada di lokasi. Karena itu sekarang PMI melengkapi diri dengan peralatan transportasi, seperti memperbanyak ambulan, perlengkapan mobil serba guna Hagglun, bahkan juga helikopter. Mobil Hagglun PMI menjadi salah satu tulang punggung para relawan ketika mencari korban letusan Merapi pada November 2010.
Demi kecepatan itu pula PMI melengkapi sarana yang memadai di beberapa wilayah yang menjadi pusat penanganan bencana, yakni di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Dengan begitu setiap ada bencana di suatu daerah, PMI yang terdekat dengan lokasi bencana itu akan segera bergerak.
JK juga banyak mengosongkan gudang PMI. Kenapa? Karena bagi dia menyimpan barang di gudang tidak efisien, bahkan barang yang disimpan kadang sudah bulukan ketika harus dibagikan ke masyarakat. JK lebih suka bekerjasama dengan hipermarket dan minimarket di daerah. Jadi pengurus PMI hanya dibekali vocer yang bisa ditukar dengan barang-barang di hipermarket tersebut. Nanti PMI pusat yang membayar.
Jiwa sosial JK memang tidak datang begitu saja. Sejak kecil dia secara tidak langsung sudah diperkenalkan oleh orang tuanya, Haji Kalla untuk peduli kepada masyarakat miskin. "Sewaktu SMP, tiap tahun saya selalu mendapat tugas mencatat, siapa yang berhak memperoleh zakat dan kemudian membaginya," kenang JK.
Dalam perjalanan hidupnya, JK telah melewati berbagai sisi kehidupan. Semula dia adalah seorang pebisnis. Dengan meneruskan usaha perdagangan yang dirintis oleh ayahnya, CV Kalla, JK berhasil menjadikan perusahaan itu bertanding di pentas nasional, yakni dengan bendera Kalla Grup dan Bukaka.
Dari situ kemudian nama JK makin menasional. Meskipun sempat ‘dipecat’ dari posisi menteri oleh Gus Dur, JK kembali dijadikan menteri oleh Megawati sebagai Menko Kesra. Dan berlanjut menjadi wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono. Beberapa bulan setelah jadi wapres dia diminta berkompetisi menjadi ketua umum Golkar di Bali. Dan menang.
Pada 2009, Susilo tidak mau lagi didampingi JK. Karena itu JK maju sendiri menjadi calon presiden. Nah dalam sebuah debat capres di stasiun televisi, JK sempat ditanya "apa yang Anda lakukan nanti apabila tidak terpilih sebagai presiden?" Jawab JK waktu itu adalah "Saya mau pulang kampung, mengurus masjid dan kerja di bidang sosial."
Janji untuk bekerja di bidang sosial itulah yang ditangkap oleh beberapa pengurus daerah PMI. Maka mereka ke rumah JK menangih janji JK untuk bekerja di bidang sosial, dan yang kemudian ditawarkan adalah menjadi Ketua Umum PMI. Alhasil pada 22 Desember secara aklamasi JK terpilih jadi Ketua Umum PMI.

OTKOH INSPIRATIF Zulkifli Hasan

Stop Menebang, Saatnya Menanam

"Bapak saya itu menginginkan saya menjadi seorang ulama seperti Buya Hamka, tapi ternyata garis tangan saya menjadi menteri," kata Zulkifli Hasan sambil tersenyum.
Betul. Ketika Zulkifli masih kecil, bapaknya menginginkan dia menjadi tokoh agama, menjadi ulama besar seperti Buya Hamka yang bapaknya kagumi. Karena itu ketika lulus SMP, Zulkifli disuruh meneruskan ke PGA (Pendidikan Guru Agama). Zul sendiri tidak mau, dia ingin meneruskan ke sekolah umum.
Zul sempat sekolah di PGA. Tapi dia juga mendaftar di SMA tanpa sepengetahuan ayahnya. Lama-lama akhirnya ayahnya tahu. Zul pun kemudian nekad ke Jakarta untuk sekolah SMA. Karena kengototannya, ayahnya pun mengalah, tapi ada perjanjian: Jika juara di kelas, Zul boleh meneruskan SMA, tapi jika tidak harus kembali ke PGA. "Ternyata saya bukan hanya juara kelas, tapi juara umum," cerita Zulkifli.
Meski garis tangannya mengantarkan dia menjadi menteri, Zulkifli tidak pernah menyangka dirinya akan menjabat sebagai menteri kehutanan. Dia mengaku memiliki latar belakang manajemen, bukan kehutanan. Jadi dia merasa tidak paham soal-soal hutan. Karena itu pula dia sejak awal tidak pernah terpikir dan bercita-cita menjadi menteri kehutanan.
Bahkan dulu, ketika menjadi anggota DPR, dia selalu punya kesan negatif terhadap masalah kehutanan. Kalau berbicara tentang hutan, bagi Zulkifli, hampir selalu terkait dengan penebangan pohon dan penggundulan hutan. Tentu munculnya kesan itu, bukan tanpa alasan, tapi karena memang punya pengalaman buruk ketika dulu sewaktu kecil tinggal di Lampung
Zulkifli menceritakan, dahulu hutan-hutan di dekat rumahnya itu masih sangat rimbun karena dikelilingi pepohonan yang besar-besar. Hewannya pun beranekaragam dari harimau, rusa, trenggiling, ular dan berbagai jenis binatang lainnya. "Jadi kalau depan rumah kita itu muncul rusa- itu biasa. Masih bagus sekali keadaannya,"tuturnya.
Kemudian suatu saat, datang orang dari entah dari mana dan langsung menebang pohon. Mereka bilang tak masalah, karena telah mempunyai selembar kertas izin dari kehutanan. Hebat amat. Sementara jika orang setempat yang mengambil pohon itu bisa masuk penjara. "Padahal nenek moyang kita yang punya tanah itu turun menurun. Itulah kenapa saya punya kesan yang kurang bagus,’’ ujar bapak empat orang anak itu.
Sekalipun peristiwa itu sudah bertahun-tahun lewat, tapi tetap tidak terhapus dari ingatan. Tiba-tiba, justru dia dipilih sebagai orang nomor satu untuk mengurus hutan. "Waktu itu saya coba berpikir. Ya Allah saya jadi Menteri Kehutanan kira-kira mau ngapain. Saya lalu berdoa 'KepadaMu lah kami meminta petunjuk dan pertolongan' kan begitu saja,’’ kata Zulkifli.
Petunjuk itu pun akhirnya datang. Ceritanya Zulkifli ini setiap tahun selalu rutin beribadah ke tanah suci, kalau tidak haji ya umroh. Kemudian dia ingat, ketika wukuf, di situ kita dilarang untuk menebang pohon. ‘’Nah itu saja saya pakai. Karena ada pengalaman menebang pohon itu kan merusak,"tuturnya.
Kebijakan tidak menebang pohon dari hutan alam itulah yang kemudian keluarkan. Sejak itu Kementerian Kehutanan tidak tidak lagi menerbitkan perizinan untuk menebang pohon. Jadi kalau menteri sebelumnya mengatur dan memberikan izin penebangan, Zulkifli justru mengeluarkan kebijakan penanaman pohon.
Perubahan kebijakan tersebut tentu mendapat reaksi keras dari yang selama ini nyaman dengan kebijakan sebelumnya. Tentangan internal dan eksternal begitu kuat dalam bulan-bulan pertama. Dia pun terpaksa harus mereposisi beberapa pos penting. "Dirjen yang sebelumnya menerbitkan izin untuk menebang pohon, saya pindahkan ke bagian tanam menanam."
Dari luar, bukan cuma mendapat tentangan yang dihadapi, tapi juga godaan. Tidak sedikit pengusaha yang mencoba mendekatinya dengan iming-iming yang menggiurkan. Namun dia pun tetap tidak bergeming untuk menjalankan kebijakannya itu. Pendiriannya tetap: stop penebangan pohon. Saatnya menanam pohon.
Bagaimana dengan industri kayu? ‘’Mereka harus mengambil kayu dari pohon yang ditanam,’’ kata Zulkifli. Bahwa berat itu diakui dia. Tapi toh selama ini industri kayu sudah mendapat perlakuan yang istimewa dalam penebangan pohon, jadi kini saatnya untuk menebang dari pohon yang mereka tanam sendiri.
Ini yang diistilahkan dengan moratorium.Terkait itu pula Zulkifli menandatangani kerjasama dengan Norwegia dengan nilai 1 miliar dolar dalam konteks pengurangan emisi. Isi perjanjian di antaranya, penghentian izin penebangan baru, tidak ada lagi konversi lahan gambut.
Bersamaan dengan itu Zulkifli juga punya target Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa seluas 600 ribu hektar pada 2011 ini. "Makanya kita menyediakan sentra-sentra bibit di mana masyarakat bisa memperoleh bibit itu dengan gratis. Bisa bibit sengon atau jabon, itu pohon yang cepat tumbuh," kata Zulkifli.
Gerakan penghijauan yang telah dilakukan sudah cukup menggembirakan. Tercatat sampai akhir tahun 2010, sudah 1,39 miliar batang pohon yang ditanam. Pohon tersebut ditanam ada yang dikawasan hutan milik rehabilitasi kebun, di lokasi reklamasi tambang, dan di tempat lain, termasuk di kebun-kebun masyarakat.

Sejarah Singkat Imam Hanbali

Oleh: Tim kajian dakwah alhikmah
alhikmah.ac.id - "Ia murid paling cendekia yang pernah saya jumpai selama di Baghdad. Sikapnya menghadapi sidang pengadilan dan menanggung petaka akibat tekanan khalifah Abbasiyyah selama 15 tahun karena menolak doktrin resmi Mu'tazilah merupakan saksi hidup watak agung dan kegigihan yang mengabdikannya sebagai tokoh besar sepanjang masa." Penilaian ini diungkapkan oleh Imam Syafi'i, yang tak lain adalah guru Imam Hanbali. Menurut Syafi'i, perjuangan mempertahankan keyakinan yang tak sesuai dengan pemikiran seseorang, selalu menghadapi risiko antara hidup dan mati. Dan Imam Hanbali membuktikan hal itu.
Imam Hanbali yang dikenal ahli dan pakar hadits ini memang sangat memberikan perhatian besar pada ilmu yang satu ini. Kegigihan dan kesungguhannya telah melahirkan banyak ulama dan perawi hadits terkenal semisal Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Daud yang tak lain buah didikannya. Karya-karya mereka seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim atau Sunan Abu Daud menjadi kitab hadits standar yang menjadi rujukan umat Islam di seluruh dunia dalam memahami ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah SAW lewat hadits-haditsnya.
Kepakaran Imam Hanbali dalam ilmu hadits memang tak diragukan lagi sehingga mengundang banyak tokoh ulama berguru kepadanya. Menurut putra sulungnya, Abdullah bin Ahmad, Imam Hanbali hafal hingga 700.000 hadits di luar kepala.
Hadits sejumlah itu, diseleksi secara ketat dan ditulisnya kembali dalam kitab karyanya Al Musnad. Dalam kitab tersebut, hanya 40.000 hadits yang dituliskan kembali dengan susunan berdasarkan tertib nama sahabat yang meriwayatkan. Umumnya hadits dalam kitab ini berderajat sahih dan hanya sedikit yang berderajat dhaif. Berdasar penelitian Abdul Aziz al Khuli, seorang ulama bahasa yang banyak menulis biografi tokoh sahabat, sebenarnya hadits yang termuat dalam Al Musnad berjumlah 30 ribu karena ada sekitar 10 ribu hadits yang berulang.
Kepandaian Imam Hanbali dalam ilmu hadits, bukan datang begitu saja. Tokoh kelahiran Baghdad, 780 M (wafat 855 M) ini, dikenal sebagai ulama yang gigih mendalami ilmu. Lahir dengan nama Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Imam Hanbali dibesarkan oleh ibunya, karena sang ayah meninggal dalam usia muda. Hingga usia 16 tahun, Hanbali belajar Al-Qur'an dan ilmu-ilmu agama lain kepada ulama-ulama Baghdad.
Setelah itu, ia mengunjungi para ulama terkenal di berbagai tempat seperti Kufah, Basrah, Syam, Yaman, Mekkah dan Madinah. Beberapa gurunya antara lain Hammad bin Khalid, Ismail bil Aliyyah, Muzaffar bin Mudrik, Walin bin Muslim, dan Musa bin Tariq. Dari merekalah Hanbali muda mendalami fikih, hadits, tafsir, kalam, dan bahasa. Karena kecerdasan dan ketekunannya, Hanbali dapat menyerap semua pelajaran dengan baik.
Kecintaannya kepada ilmu begitu luar biasa. Karenanya, setiap kali mendengar ada ulama terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh perjalanan jauh dan waktu lama hanya untuk menimba ilmu dari sang ulama. Kecintaan kepada ilmu jua yang menjadikan Hanbali rela tak menikah dalam usia muda. Ia baru menikah setelah usia 40 tahun.
Pertama kali, ia menikah dengan Aisyah binti Fadl dan dikaruniai seorang putra bernama Saleh. Ketika Aisyah meninggal, ia menikah kembali dengan Raihanah dan dikarunia putra bernama Abdullah. Istri keduanya pun meninggal dan Hanbali menikah untuk terakhir kalinya dengan seorang jariyah, hamba sahaya wanita bernama Husinah. Darinya ia memperoleh lima orang anak yaitu Zainab, Hasan, Husain, Muhammad, dan Said.
Tak hanya pandai, Imam Hanbali dikenal tekun beribadah dan dermawan. Imam Ibrahim bin Hani, salah seorang ulama terkenal yang jadi sahabatnya menjadi saksi akan kezuhudan Imam Hanbali. ''Hampir setiap hari ia berpuasa dan tidurnya pun sedikit sekali di waktu malam. Ia lebih banyak shalat malam dan witir hingga Shubuh tiba,'' katanya.
Mengenai kedermawanannya, Imam Yahya bin Hilal, salah seorang ulama ahli fikih, berkata, ''Aku pernah datang kepada Imam Hanbali, lalu aku diberinya uang sebanyak empat dirham sambil berkata, 'Ini adalah rezeki yang kuperoleh hari ini dan semuanya kuberikan kepadamu.''
Imam Hanbali juga dikenal teguh memegang pendirian. Di masa hidupnya, aliran Mu'tazilah tengah berjaya. Dukungan Khalifah Al Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah yang menjadikan aliran ini sebagai madzhab resmi negara membuat kalangan ulama berang. Salah satu ajaran yang dipaksakan penganut Mu'tazilah adalah paham Al-Qur'an merupakan makhluk atau ciptaan Tuhan. Banyak umat Islam yang menolak pandangan itu.
Imam Hanbali termasuk yang menentang paham tersebut. Akibatnya, ia pun dipenjara dan disiksa oleh Mu'tasim, putra Al Ma'mun. Setiap hari ia didera dan dipukul. Siksaan ini berlangsung hingga Al Wasiq menggantikan ayahnya, Mu'tasim. Siksaan tersebut makin meneguhkan sikap Hanbali menentang paham sesat itu. Sikapnya itu membuat umat makin bersimpati kepadanya sehingga pengikutnya makin banyak kendati ia mendekam dalam penjara.
Sepeninggal Al Wasiq, Imam Hanbali menghirup udara kebebasan. Al Mutawakkil, sang pengganti, membebaskan Imam Hanbali dan memuliakannya. Namanya pun makin terkenal dan banyaklah ulama dari berbagai pelosok belajar kepadanya. Para ulama yang belajar kepadanya antara lain Imam Hasan bin Musa, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Abu Zur'ah Ad Dimasyqi, Imam Abu Zuhrah, Imam Ibnu Abi, dan Imam Abu Bakar Al Asram.
Sebagaimana ketiga Imam lainnya; Syafi'i, Hanafi dan Maliki, oleh para muridnya, ajaran-ajaran Imam Ahmad ibn Hanbali dijadikan patokan dalam amaliyah (praktik) ritual, khususnya dalam masalah fikih. Sebagai pendiri madzhab tersebut, Imam Hanbali memberikan perhatian khusus pada masalah ritual keagamaan, terutama yang bersumber pada Sunnah.
Menurut Ibnu Qayyim, salah seorang pengikut madzhab Hanbali, ada lima landasan pokok yang dijadikan dasar penetapan hukum dan fatwa madzhab Hanbali. Pertama, nash (Al-Qur'an dan Sunnah). Jika ia menemukan nash, maka ia akan berfatwa dengan Al-Qur'an dan Sunnah dan tidak berpaling pada sumber lainnya. Kedua, fatwa sahabat yang diketahui tidak ada yang menentangnya.

Ketiga, jika para sahabat berbeda pendapat, ia akan memilih pendapat yang dinilainya lebih sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW. Jika ternyata pendapat yang ada tidak jelas persesuaiannya dengan Al-Qur'an dan Sunnah, maka ia tidak akan menetapkan salah satunya, tetapi mengambil sikap diam atau meriwayatkan kedua-duanya.
Keempat, mengambil hadits mursal (hadits yang dalam sanadnya tidak disebutkan nama perawinya), dan hadits dhaif (hadits yang lemah, namun bukan 'maudu', atau hadits lemah). Dalam hal ini, hadits dhaif didahulukan daripada qias. Dan kelima adalah qias, atau analogi. Qias digunakan bila tidak ditemukan dasar hukum dari keempat sumber di atas.
Pada awalnya madzhab Hanbali hanya berkembang di Baghdad. Baru pada abad ke-6 H, madzhab ini berkembang di Mesir. Perkembangan pesat terjadi pada abad ke-11 dan ke-12 H, berkat usaha Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) dan Ibnu Qayyim (w. 751 H). Kedua tokoh inilah yang membuka mata banyak orang untuk memberikan perhatian pada fikih madzhab Hanbali, khususnya dalam bidang muamalah. Kini, madzhab tersebut banyak dianut umat Islam di kawasan Timur Tengah.
Hasil karya Imam Hanbali tersebar luas di berbagai lembaga pendidikan keagamaan. Beberapa kitab yang sampai kini jadi kajian antara lain Tafsir Al-Qur'an, An Nasikh wal Mansukh, Jawaban Al-Qur'an, At Tarikh, Taat ar Rasul, dan Al Wara. Kitabnya yang paling terkenal adalah Musnad Ahmad bin Hanbal.
Nasab dan Kelahirannya
Beliau adalah Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad bin Idris bin Abdullah bin Hayyan bin Abdullah bin Anas bin ‘Auf bin Qasith bin Mazin bin Syaiban bin Dzuhl bin Tsa‘labah adz-Dzuhli asy-Syaibaniy. Nasab beliau bertemu dengan nasab Nabi pada diri Nizar bin Ma‘d bin ‘Adnan. Yang berarti bertemu nasab pula dengan nabi Ibrahim.
Ketika beliau masih dalam kandungan, orang tua beliau pindah dari kota Marwa, tempat tinggal sang ayah, ke kota Baghdad. Di kota itu beliau dilahirkan, tepatnya pada bulan Rabi‘ul Awwal -menurut pendapat yang paling masyhur- tahun 164 H.
Ayah beliau, Muhammad, meninggal dalam usia muda, 30 tahun, ketika beliau baru berumur tiga tahun. Kakek beliau, Hanbal, berpindah ke wilayah Kharasan dan menjadi wali kota Sarkhas pada masa pemeritahan Bani Umawiyyah, kemudian bergabung ke dalam barisan pendukung Bani ‘Abbasiyah dan karenanya ikut merasakan penyiksaan dari Bani Umawiyyah. Disebutkan bahwa dia dahulunya adalah seorang panglima.
Masa Menuntut Ilmu
Imam Ahmad tumbuh dewasa sebagai seorang anak yatim. Ibunya, Shafiyyah binti Maimunah binti ‘Abdul Malik asy-Syaibaniy, berperan penuh dalam mendidik dan membesarkan beliau. Untungnya, sang ayah meninggalkan untuk mereka dua buah rumah di kota Baghdad. Yang sebuah mereka tempati sendiri, sedangkan yang sebuah lagi mereka sewakan dengan harga yang sangat murah. Dalam hal ini, keadaan beliau sama dengan keadaan syaikhnya, Imam Syafi‘i, yang yatim dan miskin, tetapi tetap mempunyai semangat yang tinggi. Keduanya juga memiliki ibu yang mampu mengantar mereka kepada kemajuan dan kemuliaan.
Beliau mendapatkan pendidikannya yang pertama di kota Baghdad. Saat itu, kota Bagdad telah menjadi pusat peradaban dunia Islam, yang penuh dengan manusia yang berbeda asalnya dan beragam kebudayaannya, serta penuh dengan beragam jenis ilmu pengetahuan. Di sana tinggal para qari’, ahli hadits, para sufi, ahli bahasa, filosof, dan sebagainya.
Setamatnya menghafal Alquran dan mempelajari ilmu-ilmu bahasa Arab di al-Kuttab saat berumur 14 tahun, beliau melanjutkan pendidikannya ke ad-Diwan. Beliau terus menuntut ilmu dengan penuh azzam yang tinggi dan tidak mudah goyah. Sang ibu banyak membimbing dan memberi beliau dorongan semangat. Tidak lupa dia mengingatkan beliau agar tetap memperhatikan keadaan diri sendiri, terutama dalam masalah kesehatan. Tentang hal itu beliau pernah bercerita, “Terkadang aku ingin segera pergi pagi-pagi sekali mengambil (periwayatan) hadits, tetapi Ibu segera mengambil pakaianku dan berkata, ‘Bersabarlah dulu. Tunggu sampai adzan berkumandang atau setelah orang-orang selesai shalat subuh.’”
Perhatian beliau saat itu memang tengah tertuju kepada keinginan mengambil hadits dari para perawinya. Beliau mengatakan bahwa orang pertama yang darinya beliau mengambil hadits adalah al-Qadhi Abu Yusuf, murid/rekan Imam Abu Hanifah.
Imam Ahmad tertarik untuk menulis hadits pada tahun 179 saat berumur 16 tahun. Beliau terus berada di kota Baghdad mengambil hadits dari syaikh-syaikh hadits kota itu hingga tahun 186. Beliau melakukan mulazamah kepada syaikhnya, Hasyim bin Basyir bin Abu Hazim al-Wasithiy hingga syaikhnya tersebut wafat tahun 183. Disebutkan oleh putra beliau bahwa beliau mengambil hadits dari Hasyim sekitar tiga ratus ribu hadits lebih.
Pada tahun 186, beliau mulai melakukan perjalanan (mencari hadits) ke Bashrah lalu ke negeri Hijaz, Yaman, dan selainnya. Tokoh yang paling menonjol yang beliau temui dan mengambil ilmu darinya selama perjalanannya ke Hijaz dan selama tinggal di sana adalah Imam Syafi‘i. Beliau banyak mengambil hadits dan faedah ilmu darinya. Imam Syafi‘i sendiri amat memuliakan diri beliau dan terkadang menjadikan beliau rujukan dalam mengenal keshahihan sebuah hadits. Ulama lain yang menjadi sumber beliau mengambil ilmu adalah Sufyan bin ‘Uyainah, Ismail bin ‘Ulayyah, Waki‘ bin al-Jarrah, Yahya al-Qaththan, Yazid bin Harun, dan lain-lain. Beliau berkata, “Saya tidak sempat bertemu dengan Imam Malik, tetapi Allah menggantikannya untukku dengan Sufyan bin ‘Uyainah. Dan saya tidak sempat pula bertemu dengan Hammad bin Zaid, tetapi Allah menggantikannya dengan Ismail bin ‘Ulayyah.”
Demikianlah, beliau amat menekuni pencatatan hadits, dan ketekunannya itu menyibukkannya dari hal-hal lain sampai-sampai dalam hal berumah tangga. Beliau baru menikah setelah berumur 40 tahun. Ada orang yang berkata kepada beliau, “Wahai Abu Abdillah, Anda telah mencapai semua ini. Anda telah menjadi imam kaum muslimin.” Beliau menjawab, “Bersama mahbarah (tempat tinta) hingga ke maqbarah (kubur). Aku akan tetap menuntut ilmu sampai aku masuk liang kubur.” Dan memang senantiasa seperti itulah keadaan beliau: menekuni hadits, memberi fatwa, dan kegiatan-kegiatan lain yang memberi manfaat kepada kaum muslimin. Sementara itu, murid-murid beliau berkumpul di sekitarnya, mengambil darinya (ilmu) hadits, fiqih, dan lainnya. Ada banyak ulama yang pernah mengambil ilmu dari beliau, di antaranya kedua putra beliau, Abdullah dan Shalih, Abu Zur ‘ah, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, al-Atsram, dan lain-lain.
Beliau menyusun kitabnya yang terkenal, al-Musnad, dalam jangka waktu sekitar enam puluh tahun dan itu sudah dimulainya sejak tahun tahun 180 saat pertama kali beliau mencari hadits. Beliau juga menyusun kitab tentang tafsir, tentang an-nasikh dan al-mansukh, tentang tarikh, tentang yang muqaddam dan muakhkhar dalam Alquran, tentang jawaban-jawaban dalam Alquran. Beliau juga menyusun kitab al-manasik ash-shagir dan al-kabir, kitab az-Zuhud, kitab ar-radd ‘ala al-Jahmiyah wa az-zindiqah(Bantahan kepada Jahmiyah dan Zindiqah), kitab as-Shalah, kitab as-Sunnah, kitab al-Wara ‘ wa al-Iman, kitab al-‘Ilal wa ar-Rijal, kitab al-Asyribah, satu juz tentang Ushul as-Sittah, Fadha’il ash-Shahabah.
Pujian dan Penghormatan Ulama Lain Kepadanya
Imam Syafi‘i pernah mengusulkan kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, pada hari-hari akhir hidup khalifah tersebut, agar mengangkat Imam Ahmad menjadi qadhi di Yaman, tetapi Imam Ahmad menolaknya dan berkata kepada Imam Syafi‘i, “Saya datang kepada Anda untuk mengambil ilmu dari Anda, tetapi Anda malah menyuruh saya menjadi qadhi untuk mereka.” Setelah itu pada tahun 195, Imam Syafi‘i mengusulkan hal yang sama kepada Khalifah al-Amin, tetapi lagi-lagi Imam Ahmad menolaknya.
Suatu hari, Imam Syafi‘i masuk menemui Imam Ahmad dan berkata, “Engkau lebih tahu tentang hadits dan perawi-perawinya. Jika ada hadits shahih (yang engkau tahu), maka beri tahulah aku. Insya Allah, jika (perawinya) dari Kufah atau Syam, aku akan pergi mendatanginya jika memang shahih.” Ini menunjukkan kesempurnaan agama dan akal Imam Syafi‘i karena mau mengembalikan ilmu kepada ahlinya.
Imam Syafi‘i juga berkata, “Aku keluar (meninggalkan) Bagdad, sementara itu tidak aku tinggalkan di kota tersebut orang yang lebih wara’, lebih faqih, dan lebih bertakwa daripada Ahmad bin Hanbal.”
Abdul Wahhab al-Warraq berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang seperti Ahmad bin Hanbal”. Orang-orang bertanya kepadanya, “Dalam hal apakah dari ilmu dan keutamaannya yang engkau pandang dia melebihi yang lain?” Al-Warraq menjawab, “Dia seorang yang jika ditanya tentang 60.000 masalah, dia akan menjawabnya dengan berkata, ‘Telah dikabarkan kepada kami,’ atau, “Telah disampaikan hadits kepada kami’.”Ahmad bin Syaiban berkata, “Aku tidak pernah melihat Yazid bin Harun memberi penghormatan kepada seseorang yang lebih besar daripada kepada Ahmad bin Hanbal. Dia akan mendudukkan beliau di sisinya jika menyampaikan hadits kepada kami. Dia sangat menghormati beliau, tidak mau berkelakar dengannya”. Demikianlah, padahal seperti diketahui bahwa Harun bin Yazid adalah salah seorang guru beliau dan terkenal sebagai salah seorang imam huffazh.
Keteguhan di Masa Penuh Cobaan
Telah menjadi keniscayaan bahwa kehidupan seorang mukmin tidak akan lepas dari ujian dan cobaan, terlebih lagi seorang alim yang berjalan di atas jejak para nabi dan rasul. Dan Imam Ahmad termasuk di antaranya. Beliau mendapatkan cobaan dari tiga orang khalifah Bani Abbasiyah selama rentang waktu 16 tahun.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, dengan jelas tampak kecondongan khalifah yang berkuasa menjadikan unsur-unsur asing (non-Arab) sebagai kekuatan penunjang kekuasaan mereka. Khalifah al-Makmun menjadikan orang-orang Persia sebagai kekuatan pendukungnya, sedangkan al-Mu‘tashim memilih orang-orang Turki. Akibatnya, justru sedikit demi sedikit kelemahan menggerogoti kekuasaan mereka. Pada masa itu dimulai penerjemahan ke dalam bahasa Arab buku-buku falsafah dari Yunani, Rumania, Persia, dan India dengan sokongan dana dari penguasa. Akibatnya, dengan cepat berbagai bentuk bid‘ah merasuk menyebar ke dalam akidah dan ibadah kaum muslimin. Berbagai macam kelompok yang sesat menyebar di tengah-tengah mereka, seperti Qadhariyah, Jahmyah, Asy‘ariyah, Rafidhah, Mu‘tashilah, dan lain-lain.
Kelompok Mu‘tashilah, secara khusus, mendapat sokongan dari penguasa, terutama dari Khalifah al-Makmun. Mereka, di bawah pimpinan Ibnu Abi Duad, mampu mempengaruhi al-Makmun untuk membenarkan dan menyebarkan pendapat-pendapat mereka, di antaranya pendapat yang mengingkari sifat-sifat Allah, termasuk sifat kalam (berbicara). Berangkat dari pengingkaran itulah, pada tahun 212, Khalifah al-Makmun kemudian memaksa kaum muslimin, khususnya ulama mereka, untuk meyakini kemakhlukan Alquran.
Sebenarnya Harun ar-Rasyid, khalifah sebelum al-Makmun, telah menindak tegas pendapat tentang kemakhlukan Alquran. Selama hidupnya, tidak ada seorang pun yang berani menyatakan pendapat itu sebagaimana dikisahkan oleh Muhammad bin Nuh, “Aku pernah mendengar Harun ar-Rasyid berkata, ‘Telah sampai berita kepadaku bahwa Bisyr al-Muraisiy mengatakan bahwa Alquran itu makhluk. Merupakan kewajibanku, jika Allah menguasakan orang itu kepadaku, niscaya akan aku hukum bunuh dia dengan cara yang tidak pernah dilakukan oleh seorang pun’”. Tatkala Khalifah ar-Rasyid wafat dan kekuasaan beralih ke tangan al-Amin, kelompok Mu‘tazilah berusaha menggiring al-Amin ke dalam kelompok mereka, tetapi al-Amin menolaknya. Baru kemudian ketika kekhalifahan berpindah ke tangan al-Makmun, mereka mampu melakukannya.
Untuk memaksa kaum muslimin menerima pendapat kemakhlukan Alquran, al-Makmun sampai mengadakan ujian kepada mereka. Selama masa pengujian tersebut, tidak terhitung orang yang telah dipenjara, disiksa, dan bahkan dibunuhnya. Ujian itu sendiri telah menyibukkan pemerintah dan warganya baik yang umum maupun yang khusus. Ia telah menjadi bahan pembicaraan mereka, baik di kota-kota maupun di desa-desa di negeri Irak dan selainnya. Telah terjadi perdebatan yang sengit di kalangan ulama tentang hal itu. Tidak terhitung dari mereka yang menolak pendapat kemakhlukan Alquran, termasuk di antaranya Imam Ahmad. Beliau tetap konsisten memegang pendapat yang hak, bahwa Alquran itu kalamullah, bukan makhluk.
Al-Makmun bahkan sempat memerintahkan bawahannya agar membawa Imam Ahmad dan Muhammad bin Nuh ke hadapannya di kota Thursus. Kedua ulama itu pun akhirnya digiring ke Thursus dalam keadaan terbelenggu. Muhammad bin Nuh meninggal dalam perjalanan sebelum sampai ke Thursus, sedangkan Imam Ahmad dibawa kembali ke Bagdad dan dipenjara di sana karena telah sampai kabar tentang kematian al-Makmun (tahun 218). Disebutkan bahwa Imam Ahmad tetap mendoakan al-Makmun.
Sepeninggal al-Makmun, kekhalifahan berpindah ke tangan putranya, al-Mu‘tashim. Dia telah mendapat wasiat dari al-Makmun agar meneruskan pendapat kemakhlukan Alquran dan menguji orang-orang dalam hal tersebut; dan dia pun melaksanakannya. Imam Ahmad dikeluarkannya dari penjara lalu dipertemukan dengan Ibnu Abi Duad dan konco-konconya. Mereka mendebat beliau tentang kemakhlukan Alquran, tetapi beliau mampu membantahnya dengan bantahan yang tidak dapat mereka bantah. Akhirnya beliau dicambuk sampai tidak sadarkan diri lalu dimasukkan kembali ke dalam penjara dan mendekam di sana selama sekitar 28 bulan –atau 30-an bulan menurut yang lain-. Selama itu beliau shalat dan tidur dalam keadaan kaki terbelenggu.
Selama itu pula, setiap harinya al-Mu‘tashim mengutus orang untuk mendebat beliau, tetapi jawaban beliau tetap sama, tidak berubah. Akibatnya, bertambah kemarahan al-Mu‘tashim kepada beliau. Dia mengancam dan memaki-maki beliau, dan menyuruh bawahannya mencambuk lebih keras dan menambah belenggu di kaki beliau. Semua itu, diterima Imam Ahmad dengan penuh kesabaran dan keteguhan bak gunung yang menjulang dengan kokohnya.
Sakit dan Wafatnya
Pada akhirnya, beliau dibebaskan dari penjara. Beliau dikembalikan ke rumah dalam keadaan tidak mampu berjalan. Setelah luka-lukanya sembuh dan badannya telah kuat, beliau kembali menyampaikan pelajaran-pelajarannya di masjid sampai al-Mu‘tashim wafat.
Selanjutnya, al-Watsiq diangkat menjadi khalifah. Tidak berbeda dengan ayahnya, al-Mu‘tashim, al-Watsiq pun melanjutkan ujian yang dilakukan ayah dan kakeknya. dia pun masih menjalin kedekatan dengan Ibnu Abi Duad dan konco-konconya. Akibatnya, penduduk Bagdad merasakan cobaan yang kian keras. Al-Watsiq melarang Imam Ahmad keluar berkumpul bersama orang-orang. Akhirnya, Imam Ahmad bersembunyi di rumahnya, tidak keluar darinya bahkan untuk keluar mengajar atau menghadiri shalat jamaah. Dan itu dijalaninya selama kurang lebih lima tahun, yaitu sampai al-Watsiq meninggal tahun 232.
Sesudah al-Watsiq wafat, al-Mutawakkil naik menggantikannya. Selama dua tahun masa pemerintahannya, ujian tentang kemakhlukan Alquran masih dilangsungkan. Kemudian pada tahun 234, dia menghentikan ujian tersebut. Dia mengumumkan ke seluruh wilayah kerajaannya larangan atas pendapat tentang kemakhlukan Alquran dan ancaman hukuman mati bagi yang melibatkan diri dalam hal itu. Dia juga memerintahkan kepada para ahli hadits untuk menyampaikan hadits-hadits tentang sifat-sifat Allah. Maka demikianlah, orang-orang pun bergembira pun dengan adanya pengumuman itu. Mereka memuji-muji khalifah atas keputusannya itu dan melupakan kejelekan-kejelekannya. Di mana-mana terdengar doa untuknya dan namanya disebut-sebut bersama nama Abu Bakar, Umar bin al-Khaththab, dan Umar bin Abdul Aziz.
Menjelang wafatnya, beliau jatuh sakit selama sembilan hari. Mendengar sakitnya, orang-orang pun berdatangan ingin menjenguknya. Mereka berdesak-desakan di depan pintu rumahnya, sampai-sampai sultan menempatkan orang untuk berjaga di depan pintu. Akhirnya, pada permulaan hari Jumat tanggal 12 Rabi‘ul Awwal tahun 241, beliau menghadap kepada rabbnya menjemput ajal yang telah dientukan kepadanya. Kaum muslimin bersedih dengan kepergian beliau. Tak sedikit mereka yang turut mengantar jenazah beliau sampai beratusan ribu orang. Ada yang mengatakan 700 ribu orang, ada pula yang mengatakan 800 ribu orang, bahkan ada yang mengatakan sampai satu juta lebih orang yang menghadirinya. Semuanya menunjukkan bahwa sangat banyaknya mereka yang hadir pada saat itu demi menunjukkan penghormatan dan kecintaan mereka kepada beliau. Beliau pernah berkata ketika masih sehat, “Katakan kepada ahlu bid‘ah bahwa perbedaan antara kami dan kalian adalah (tampak pada) hari kematian kami”.
Demikianlah gambaran ringkas ujian yang dilalui oleh Imam Ahmad. Terlihat bagaimana sikap agung beliau yang tidak akan diambil kecuali oleh orang-orang yang penuh keteguhan lagi ikhlas. Beliau bersikap seperti itu justru ketika sebagian ulama lain berpaling dari kebenaran. Dan dengan keteguhan di atas kebenaran yang Allah berikan kepadanya itu, maka madzhab Ahlussunnah pun dinisbatkan kepada dirinya karena beliau sabar dan teguh dalam membelanya. Ali bin al-Madiniy berkata menggambarkan keteguhan Imam Ahmad, “Allah telah mengokohkan agama ini lewat dua orang laki-laki, tidak ada yang ketiganya. Yaitu, Abu Bakar as-Shiddiq pada Yaumur Riddah (saat orang-orang banyak yang murtad pada awal-awal pemerintahannya), dan Ahmad bin Hanbal pada Yaumul Mihnah”. (hdyt)