Kamis, 12 Januari 2012

KEPEMIMPINAN ISLAM


KEPEMIMPINAN ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Leadership
Diampu oleh Drs. Nurhamidi, MA.

Description: logo.jpg


Disusun oleh :
KHOLIFAH (09410253)
Kelas A

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2012

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
tûïÏ%©!$#uršcqä9qà)tƒ$oY­/uó=yd$oYs9ô`ÏB$uZÅ_ºurør&$oYÏG»­ƒÍhèŒurno§è%&úãüôãr&$oYù=yèô_$#uršúüÉ)­FßJù=Ï9$·B$tBÎ)ÇÐÍÈ
“Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada Kami isteri-isteri Kami dan keturunan Kami sebagai penyenang hati (Kami), dan Jadikanlah Kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.furqan: 74).
Dewasa ini Islam memiliki banyak pandangan atau pendapat mengenai Kepemimpinan.Wacana kepemimpinan yang berkembang ini, di awali setelah Rasulullah SAW wafat.Masyarakat Islam telah terbagi-bagi kedalam banyak kelompok atau golongan. Kelompok-kelompok Islam ini terkadang satu sama lain saling menyalahkan atau bahkan mengkafirkan. Perihal mengenai kepemimpinan dalam Islam merupakan suatu wacana yang selalu menarik untuk didiskusikan.Wacana kepemimpinan dalam Islam ini sudah ada dan berkembang, tepatnya pasca Rasulullah SAW wafat.Wacana kepemimpinan ini timbul karena sudah tidak ada lagi Rasul atau nabi setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Ketika Rasulullah SAW wafat, berdasarkan fakta sejarah dalam Islam, Umat Islam terpecah belah akibat perdebatan mengenai kepemimpinan dalam Islam, khususnya mengenai proses pemilihan pemimpin dalam Islam dan siapa yang berhak atas kepemimpinan Islam.
Karena hal diatas, penulis tertarik untuk menulis kriteria pemimpin dalam islam serta kritik terhadap pemimpin masa sekarang.



BAB II
PEMBAHASAN

“Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya, Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka, seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya.Seorang hamba sahaya adalah penjaga harga tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya. (HR Bukhari)”
Dari hadis diatas memberi pesan kepada kita bahwa setiap kita adalah seorang yang harus bertanggung jawab terhadap apapun yang telah kita lakukan dan ap yang kita tanggung dan amanah yang diberikan pada kita.
“Hai orang-orang yang beriman, taaitilah Allah dan taatilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. 4. Annisaa:59) “
Di dalam ayat tersebut, sebelum kata Alloh dan Rasul-Nya didahului kata taatilah, sebelum kata ulil amri.Menurut para mufassir itu merupakan isyarat bahwa keaatan kepada ulil amri itu sangat ditentukan oleh bagaimana ketaatan pemimpin itu kepada Alloh dan RasulNya.Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya bersifat mutlaqoh (tanpa syarat), sedangkan ketaatan kepada ulil amri bersifat muqayyadoh (bersyarat).
Pada masalah yang sama Rasululloh SAW menetapkan sebuah kaidah ketaatan, dalam sabdanya: “Tiada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq (Allah). Kewajiban hidup dalam suatu tatanan dimana ada pemimpin dan ada yang dipimpin sangat jelas dalam Islam. Karena di dalam hadist yang lain Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: Tidak halal (dibenarkan) bagi tiga orang muslim yang berdiam di suatu tempat, kecuali apabila mereka memilih dan mengangkat salah satu di antara mereka sebagai pemimpin.(HR Abu Daud).
Dari ayat dan kedua hadist tersebut jelas bahwa memilih pemimpin adalah kewajiban agama yang tidak boleh diabaikan, dan partisipasi umat Islam dalam memilih pemimpin merupakan bagian dan ibadah kepada Alloh yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Selain itu bila ada 3 orang kaum muslimin berkumpul maka salah seorang wajib dijadikan pemimpin bagi mereka. Menurut lbnu Taimiyah, tujuan kepemimpinan adalah memperbaiki segi-segi duniawi yang sangat erat hubungannya dengan agama: pertama, membagikan harta antara siapa-siapa yang berhak menerimanya, dan yang kedua, menghukum orang-orang yang melanggar ketentuan undang-undang. Ummat Islam wajib memilih yang terbaik untuk melaksanakan kepemimpinan, dan Berdasarkan Al Qur’an, hadist.

Yang harus dimiliki seorang pemimpin menurut islam
pendapat para ulama, seseorang dikatakan layak menjadi pemimpin jika memenuhi sepuluh muwashofat (karakter) berikut:
1)    salimul aqidah (bersih akidahnya)
Seorang pemimpin harus memiliki keimanan yang kokoh, bersih dari sifat-sifat syirik, dan menghukum dengan hukum yang tidak bertentangan dengan hukum-hukum Alloh .
Kebersihan aqidah ditandai dengan keimanan yang kokoh terhadap rukun iman dan keyakinan kepada Tauhidulloh.Selalu mengikhlaskan niat dalam setiap tindak tanduknya. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.(al baqoroh 177) Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (Qs annisa 36).

2)    shahihul ibadah (benar ibadahnya)
Seorang pemimpin harus menjalankan hidup dalam rangka ibadah, baik secara khusus maupun umum.Dia harus mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di Bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadha haji ke Baytullah. Karena dia wajib menjalankan kepemimpinannya sebagai bagian dari pengabdian, ketundukan, dan ketaatannya kepada Alloh Ta’ala, sehingga ia menjalankan kepemimpinan tersebut dengan ikhlas dan ihsan (professional), sebagaimana sabda Rosululloh Shollailahu Alaihi Wa Sallam.Sesunguhnya Allah mewajibkan ihsan terhadap semua urusan Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? (Maryam 65)

3)    matinul khuluq (kokoh akhlaknya)
Seorang pemimpin harus jujur (siddiq) dan menjadi qudwah atau contoh yang baik bagi rakyatnya. Dari segi moralitas Dia menjalankan kepemimpinan dengan penuh amanah, adil, hikmah , empati, tidak mengancam, menindas, dan menyakiti hati rakyat. Jangan jadi pemimpin ummat jika masih suka bermaksiat baik secara sembunyi-sembunyi apalagi terang-terangan.Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Al ahzab 21)

4)    qadirun ‘alal kasbi (mandiri dan produktif)
Seorang pemimpin harus kompeten, mampu menunjukkan kreativitas dan potensi yang dimilikinya.Kalau pekerjaan kecil saja membutuhkan inovasi dan dinamisasi, apalagi pekerajan memimpin negara.Seharusnya dia memiliki inisiatif mensejahterakan dan memakmurkan rakyatnya dengan program-program ekonomi yang tepat. (siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Al anfal 53.)

5)    mutsaqaful fikri (luas pemikirannya)
Seoran9 pemimpin harus cerdas (fathonah), visioner memiliki wawasan yang luas, yang mencakup pengetahuan tentang administrasi negara.politik, hukum, dan agama. sehingga membuatnya mampu berijtihad terhadap kasus-kasus dan hukum-hukum. Dengan karakter mutsaqaful fikri ini juga seorang pemimpin harus komunikatif (tabligh), mampu menyampaikan ide dan gagasannya dapat difahami oleh seluruh lapisan masyarakat.

6)    qowiyul jismi (kuat fisiknya)
Seorang pemimpin dituntut memiliki fisik yang kuat tida lamban, loyo, atau mudah ngantuk. Adalah kebiasaan Rosululloh Shollallahu Alaihi Wa Sallam jika beliau ingin mengangkat seseorang menjadi panglima perang, maka disuruhnya orang tersebut menjadi imam sholat dan melakukan khutbah. Karenanya tatkala Rosul Shollallahu Alaihi Wa Sallam menyuruh Abu Bakar tampil menjadi imam, maka kaum Muslimin mengangkatnya pula sebagai pemimpin perang. Imam sholat menunjukkan adanya jaminan moral, sedangkan pemimpin perang menunjukkan jaminan kekuatan fisik, keberanian dan ketegasan. Maka seorang pemimpin harus tegas dan berani menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar.

7)    mujahidun Iinafsihi (bersungguh-sungguh mengendalikan dirinya)
Seorang pemimpin harus bersungguh-sungguh dan mampu mengendalikan hawa nafsunya, tidak otoriter, arogan, dan memaksakan kehendak kepada orang lain . Dia harus menjauhi sifat pemarah atau sifat egois (mementingkan din sendiri), selalu harus tertanam dalam dirinya bahwa ia merupakan pelayan ummat.Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (an Naaziat: 40-41)

8)    munazhamun fi syu’unihi (mampu menata semua urusannya)
Seorang pemimpin harus mampu mengatur semua urusannya dengan baik, mampu mengelola potensi anggota atau bawahannya, serta mampu bermusyawarah dengan baik. Pemimpin yang tidak mampu mengurus (memenej) akan menimbulkan kekacauan. Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadist yang sudah sangat sering kita dengar mengatakan bahwa, "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya" (H. R. Bukhari bab Ilmu).

9)    haritsun ‘ala waqtihi (mampu memelihara waktunya)
Seorang pemimpin harus mampu memelihara waktunya dengan efektif dan efisien, tidak lalai dan melakukan perbuatan yang mubazir.Pemimpin memberikan waktunya untuk kepentingan ummat dan bangsanya meskipun juga perlu menjaga keseimbangan waktu untuk diri dan keluarganya. Pemimpin yang sholeh dan efektif digambarkan Rosululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam seperti rahib di malam hari dan seperti penunggang kuda di siang hari

10) nafi’un Iighairihi (bermanfaat bagi orang Iain) :
Seorang pemimpin tidak boleh egois dan harus mementingkan kemaslahatan umat dan rakyat di atas kepentingan pribadi, keluarga atau kelompok, sehingga ia dicintai oleh rakyatnya. Dalam satu hadist Rosululloh Shollallohu Alaihi WaSallam bersabda: “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain.Rasululloh Shollallohu Alaihi Wa Sallam juga menjelaskan bahwa salah satu kriteria pemimpin yang baik yaitu; mencintai mereka (pemimpin), dan merekapun mencintai kalian. Kalian mendo’akan mereka dan mereka pun mendo’akan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian pun membenci mereka, kamu melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.(HR Thabrani)


BAB III
KESIMPULAN

1.setiap kita adalah pemimpin dan akan dimint nafi’un Iighairihi (bermanfaat bagi orang Iain) :
2.    Seorang pemimpin tidak boleh egois dan harus mementingkan kemaslahatan umat dan rakyat di atas kepentingan pribadi, keluarga atau kelompok, sehingga ia dicintai oleh rakyatnya.ai pertanggung jawabannya.
Kriteria pemimpin ada 10:
a.    Yaitu nafi’un Iighairihi (bermanfaat bagi orang Iain) :
Seorang pemimpin tidak boleh egois dan harus mementingkan kemaslahatan umat dan rakyat di atas kepentingan pribadi, keluarga atau kelompok, sehingga ia dicintai oleh rakyatnya. salimul aqidah (bersih akidahnya)

b.    Seorang pemimpin harus memiliki keimanan yang kokoh, bersih dari sifat-sifat syirik, dan menghukum dengan hukum yang tidak bertentangan dengan hukum-hukum Alloh .shahihul ibadah (benar ibadahnya)
Seorang pemimpin harus menjalankan hidup dalam rangka ibadah, baik secara khusus maupun umum.Dia harus mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di Bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadha haji ke Baytullah.
Dan masih banyak kriteria-kriteria yang lain.




DAFTAR PUSTAKA

1.    Kepemimpinan islam, Ainur rahim fakih, UII Press, 2001
2.    Masyarakat bebasis syarikat islam, Dr. Yusuf Qordhowi, era intermedia, 2003
3.    Komitmen muslim sejati,  Fathi yakan, era intermedia, 2009
4.    Materi tarbiyah, ummu Yasin, media insani, 2003
5.    Membumikan syariat islam, Dr. Yusuf Qardhawi, mizan media utama, 2003


Tidak ada komentar:

Posting Komentar