Kamis, 12 Januari 2012

MAKALAH FPI



Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Prof. Sutrisno

4-UIN

Disusun oleh: PAI - B
1.      Okti Purwaningsih            09410262
2.      Ahmad Sholikhul Anam   09410256
3.      Nur Aisyah                         10410015
4.      Kholifah                             09410253



FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
SEMESTER GANJIL TA 2011/2012


ESENSI FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

A.    PENDAHULUAN

Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya. 1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal. 2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal. 3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. 4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. 5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.

Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada difilsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio. Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda . karena itulah kelompok kami akan membahas tentang esensi atau hakikat pendidikan islam, agar kita bisa sedikit menemukan titik terang.

B.     RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah unsur-unsur esensi  pendidikan islam, dilihat dari kacamata filsafat?



C.    PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Terdapat  teori yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.

Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dari segi kebahasaan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai sasaran utamanya. Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis.

Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si – terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu: (1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar; (2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong; (3) Ada yang di didik atau si terdidik; dan (4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.

Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya . Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah.

Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ).

Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.

Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah : “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)

Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.
Menurut al-Ainain bahwa filsafat pendidikan ialah kegiatan berfikir yang sistematis yang diambil dari system filsafat sebagai cara mengatur pendidikan dan menyusunnya, menerangkan nilai-nilai dan tujuan-tujuannya yang telah ditetapkan untuk dilalui, dalam rangka membina perbuatan pendidikan. [1]
Ibnu Sina berpendapat bahwa hikmah (filsafat) ialah penyempurnaan jiwa manusia melalui pengkonsepsian hal-ihwal dan penimbangan kebenaran-kebenaran teoritis dan praktis dalam batas kemampuan manusia.[2]

D.    HAKIKAT PENDIDIKAN ISLAM
1.      Tarbiyah
Kata tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: raba, rabiya dan rabba. Kata raba-yarbu, dengan arti nama-yanmu yang berarti bertambah, tumbuh menjadi besar. Kata rabiya-yarba dengan wazan khafia-yakhfa artinya naik, menjadi besar atau dewasa, tumbuh, berkembang. Kata rabba-yarubbu, dengan arti: ashlahahu (memperbaikinya), tawalla amrahu (mengurusi perkaranya, bertanggung jawab atasnya), sasah (melatih); mengatur;memerintah), qama’alaihi (menjaga, mengamati, membantu), ra’ahu (memelihara, memimpin).
Dari segi etimologis, kata tarbiyah mencakup makna yang sangat luas yakni, (1) al-nama yang berarti menambah, berkembang dan tumbuh menjadi besar sedikit demi sedikit,(2)aslahahu yang berarti memperbaiki pembelajaran jika proses perkembangn dan menyimpang dari nilai-nilai islam,(3)tawalla amrahuyang berarti mengurusi perkara pembelajar, bertanggung jawab atasnya dan melatihnya,(4) ra’ahu yang berarti memelihara dan memimpin sesuai dengan potensi yang dimiliki dan tabiatnya(5) al-tansyi’ah yang berarti mendidik, mengasuh, dalam arti materi (fisiknya) dan immateri (kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya), yang kesemuanya merupakan aktivitas pendidikan.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa prinsip-prinsip dasar pengertian tarbiyah dalam islam adalah:
a)      Bahwa murabbi (pendidik) yang sebenarnya hanyalah Allah SWT
b)      Penumbuhan dan pengembangan secara sempurna dimensi manusia baik materi maupun immateri adalah tanggung jawab manusia
c)      Dalam proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan dasarnya dari al-Quran da Sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang digariskan-Nya
d)     Setiap aktifitas tarbiyah menagrah kepada penumbuhan, penegmbangan, perbaikan, atau penjagaan setiap dimensi dalam diri manusia, baik aktifitas itu direkayasa atau natural
e)      Tarbiyah yang direkayasa mengharuskan adanya rencana
f)       Objek dan subjek adalah manusia
g)      Tarbiyah tidak  terbatas pengertiannya sebagai sekedar transfer ilmu, budaya, tradisi dan nilai tetapi juga pembentukan kepribdian yang dilakukan secara bertahap.

2.      Taklim
Istilah lain yang juga digunakan untuk menunjukkan kegiatan pendidikan islam adalah kata taklim. Dalam sejarah pendidikan islam terma mu’allim telah digunakan untuk istilah pendidik. Menurut konsep pendidikan islam, kata taklim lebih luas jangkauannya dan lebih umum dari pada tarbiyah. Abdul Fatah Jalal member alasan bahawa proses taklim lebih umum dibanding dengan proses tarbiyah:
a)      Ketika mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW  tidak terbatas pada membuat mereka sekedar membaca, melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah al-nufus) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta berguna bagi dirinya. Hikmah taklim mencakup keseluruhan ilmu secara sederhana, melainkan mencakup keseluruhan ilmu secara integratif.
b)      Kata taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan khayalan dan syahwat atau cerita-cerita dusta. (Qs. Al-Baqarah yat 78)

öNåk÷]ÏBur tbqÏiBé& Ÿw šcqßJn=ôètƒ |=»tGÅ3ø9$# HwÎ) ¥ÎT$tBr& ÷bÎ)ur öNèd žwÎ) tbqZÝàtƒ ÇÐÑÈ
Artinya: Dan diantara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka Hanya menduga-duga.
c)      Kat taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman prilaku yang baik.

Kata taklim menurut Jalal mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa. Sementara itu menurut Abrasyi, bahwa kata taklim hanya merupakan bagian dari tarbiyah karena hanya meyangkut domain kognitif. Al-Attas menganggap kata taklim lebih dekat kepada pengajaran atau pengalihan ilmu dari guru kepada pembelajaran, bahkan jangkauan aspek kodnitif tidak memberikan porsi pengenalan secara mendasar.[3]

3.      Takdib
Syed Muhammad Naquid al-Attas menawarkan satu istilah lain yang menggambarkan pendidikan islam, dalam keseluruhan esensinya yang fundamental yakni kata takdib. Istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (taklim), dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Istilah takdib dapat mencakup beberapa aspek yang menjadi hakikat pendidikan yang saling berkait, seperti ‘ilm (ilmu) ‘adl (keadilan), hikmah (kebajikan) ‘aml (tindakan), haqq (kebenran), natq (nalar), nafs (jiwa), qalb (hati), ‘aql (akal), naratib dan derajat (tatanan hirarkis), ayah  (symbol), dan adb (adab). Dengan mengacu pada kata adb dan kaitan-kaitannya di atas, definisi pendidikan bagi al-Attas ialah:
Sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing kea rah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan dan kepribadian.[4]
Menurut pemakalah dipilihnya kata tarbiyah untuk menunjukkan pendidikan islam karena makna tarbiyah lebih umum dan dapat diterima masyarakat muslim, terutama di Indonesia dan nilai social atau istilah tarbiyah lebih umum diterima dalam situasi local tertentu dari pada terma taklim dan takdib.
Untuk itu terma tarbiyah yang menunjuk kepada pendidikan islam mencakup kata taklim, takdib dan tarbiyah. Dengan demikian pengertian pendidikan dalam islam tidak hanya terbatas pada menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, memimpin potensi-potensi peserta didik pada waktu kecil tetapi juga sampai akhir kehidupan manusia itu sendiri. Proses pendidikan tidak hanya terbatas pada pendidikan informal (keluarga) tetapi juga pendidikan nonformal, seperti kursus-kursus dan pelatihan, bahkan semua perjalanan hidup manusia adalah pendidikan. Proses pendidikan islam tidak hanya terbatas pada pendidikan yang bersifat materi seperti fisik (kinestetik) tetapi juga pendidikan immateri, seperti akal, hati, rasa, spiritual dan lain-lain. Proses pendidikan tidak hanya terbatas pada transfer (alih) ilmu, nilai, budaya,  dan tradisi tetapi juga transformasi yakni semua hasil transfer tersebut dapat menjadi pribadi peserta didik.

E.     KESIMPULAN
Pendidikan islam dalam arti luas adalah kehidupan dan kehidupan adalah pendidikan islam. Karena setiap apa yang kita alami sengaja atau tidak sengaja, islam menganjurkan untuk mengambil hikmah (pembelajaran/ lesson-learn) dari peristiwa atau pngalaman tersebiut. Namun dalam arti sempit pendidikan islam adalah usaha sadar dan terencana yang sesuai dengan nilai-nilai islam untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajkaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam proses pendidikan mencakup menumbuhkan , memelihara, memimpin dan mengembangkan serta mempertanggungjawabkan secara sempurna semua dimensi manusia baik immateri seperti akal, hati, kehendak, dan kemauan, yang dilakukan secara bertahap, berkelanjutan dan fleksibel. Dalam proses pendidikan, pembelajar di pandang sebagai subjek sekaligus objek dalam aktifitas pendidikan. Demikian juga dalam proses pendidikan mencakup alih(transfer) ilmu, budaya, tradisi, dan nilai serta pembentukn kepribadian (transformatif).





DAFTAR PUSTAKA

Syed Muhammad Naquid al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, terj. Haidar Baqir, Bandung: Mizan, 1988
Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, Yogyakarta: Nuha Litera, 2010
C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam, Jakarta: Obor Indonesia, 1989
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam 1, Jakarta: Logos, 1997


[1] Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna, (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), hal. 29
[2] C.A. Qadir, Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Dalam Islam, (Jakarta: Obor Indonesia, 1989), hal. 8
[3] Syed Muhammad Naquid al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, terj. Haidar Baqir, (Bandung: Mizan, 1988), hal 61
[4] Ibid. hal 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar